Bab 4

Manajemen Eling Lan Waspada

 

1. Pengertian

Kalimat “eling lan waspada” akhirnya dipilih sebagai intisari  seluruh konsep nilai-nilai luhur bangsa Indonesia. Dengan memadukan konsep eling lan waspada kedalam konsep manajemen, lahirlah konsep manajemen eling lan waspada yang diharapkan dapat menjawab berbagai permasalahan yang tengah dihadapi oleh bangsa Indonesia.

 

Konsep ini secara umum tidak mengubah fungsi-fungsi manajemen yang sudah baku, seperti halnya: Planning, Organizing, Directing/Leading, Controlling dan Staffing tetapi dengan menambah unsur eling lan waspada yang merupakan intisari dari konsep nilai-nilai luhur bangsa Indonesia,  maka fungsi-fungsi yang ada didalam manajemen akan menjadi lebih maksimal.

 

Dengan adanya konsep manajemen eling lan waspada ini, diharapkan sumber daya pada khususnya sumber daya manusia yang terdapat pada model berbasis sumber daya, akan lebih maksimal dan secara otomatis akan mempunyai keunggulan bersaing dalam mencapai profitabilitas yang tinggi.

 

 

2. Landasan Rasa Ataupun Suara Hati

Rasa ataupun suara hati yang menjadi dasar dari eling lan waspada bagi masyarakat Jawa, ternyata selaras dengan apa yang diajarkan oleh agama. Hal ini bisa dilihat pada: “Tiadakah mereka melakukan perjalanan dimuka bumi, sehingga mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka merasa, dan mempunyai telinga yang dengan itu mereka mendengar? Sungguh bukanlah matanya yang buta, tetapi yang buta ialah hatinya yang ada dalam (rongga) dadanya” (QS 22, ayat 46)  “(Allah) mengilhami (sukma)  kejahatan dan kebaikan. Sungguh, bahagialah siapa yang menyucikannya. Dan rugilah siapa yang mencemarkannya” (QS 91, ayat 8,9,10). “Maka hadapkanlah wajahmu dengan mantap kepada agama, menurut fitrah Allah yang telah menciptakan fitrah itu pada  manusia. Tiada dapat diubah (hukum-hukum) ciptaan Allah. Itulah agama yang benar, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahuinya” (QS 30, ayat 30).  “Dan ingatlah ketika Tuhanmu mengeluarkan dari Bani Adam keturunannya dari sulbinya, dan menyuruh mereka bersaksi terhadap dirinya mereka sendiri (atas pertanyaan), “Bukankah Aku Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Ya, kami bersaksi” (QS 7, ayat 172).

Bukti ada perjanjian ini menurut  Muhammad Abduh, ialah fitrah iman didalam jiwa manusia. Dan menurut Prof.Dr.N. Dryarkara,S.J. ialah adanya suara hati manusia. Suara hati adalah suara Tuhan yang terekam didalam jiwa manusia (Ary Ginanjar Agustian, 2001: 6)

 

Untuk membuktikan bahwa rasa ataupun suara hati adalah suara yang berasal dari Tuhan YME, kita bisa melakukan uji-coba dengan menjawab melalui hati pertanyaan-pertanyaan dibawah ini (Ary Ginanjar Agustian, 2001: 12)

1.        Saat kita sedang makan dipinggir jalan, tiba-tiba ada anak seorang perempuan kecil berdiri tepat didepan kita sambil menatap makanan yang kita pegang, apa yang kita rasakan saat itu?

2.        Bayangkan, saat kita berjalan ditaman kota kita melihat sebuah keluarga yang terdiri ayah, ibu dan dua anaknya yang masih kecil dan lucu. Apa yang hadir saat itu?

3.        Teman sekantor dikirim oleh perusahaan untuk mengikuti training komputer, dan kita tidak  dipilih, apa yang suara kita rasakan?

4.        Setelah satu minggu, teman kita pulang dengan wajah berseri-seri dengan menunjukkan sertifikatnya, suara hati apa yang kita dengar?

 

 

 

 

5.        Kita berada disuatu ruangan yang bersih dengan lantai marmer berkilat, tiba-tiba ada kertas kotor dekat dengan kaki kita, suara hati kita menyauarakan apa?

6.        Kemudian ada yang membuang puntung rokok seenaknya disana, suara hati kita menyuarakan apa?

7.        Didalam suatu perjalanan, kita melihat ada seorang pemuda tengah berusaha menjabret tas seorang wanita tua, perasaan apa yang muncul?

8.        Ketika  kita sadari bahwa penjabret itu membawa sepucuk pistol, apa yang kita rasakan?

9.        Kita berada pada sebuah kebun yang hijau, tiba-tiba melihat sekuntum bunga berwarna merah, jingga dan ungu. Apa yang kita rasakan?

10.    Tiba-tiba ada seseorang yang memetik bunga itu dengan kasar, apa yang kita rasakan?

 

 

 

12.     

 

 

 

Dengan cara mengosongkan pikiran dan menjawab dengan suara hati, maka jawaban dari sepuluh pertanyaan tersebut adalah sebagai berikut:

1.        Ingin “memberi”  makan                         

2.        Rasa kasih dan sayang” dan menangkap rona kebahagiaan

3.        Ingin juga maju“ sehingga ingin  mengikuti training

4.        Ingin mengetahui “Ilmu”  tersebut

5.        Ingin “bersih” kalau perlu memungut sampah

6.        Ada dorongan ikut “memelihara”, sehingga harus ikut  melarang

7.        Ingin “menolong” wanita tua       

8.        Berhitung” tentang bahaya

9.        Bisa merasakan adanya  “keindahan”                 

10.    Untuk “memelihara” dan “melindungi” bunga tersebut.

 

 

Jawaban-jawaban dari suara hati, adalah sama persis dengan sifat-sifat  Allah yang terdapat didalam  Al Qur’an (Asmaul Husna), seperti: Maha Penolong, Maha Pengasih dan Penyayang, Maha Ilmu,  Maha Tahu,  Maha Suci, Maha Pemelihara, Maha Berhitung dan Maha Melindungi.

 

 

 

 

3. Konsep Penggabungan

Konsep kepemimpinan yang berasal dari nilai-nilai luhur budaya bangsa Indonesia dan masyarakat Jawa khususnya, ternyata  sarat dengan ajaran  “olah rasa” yang sangat mendalam dan banyak sekali menggunakan kalimat-kalimat “sanepa” atau kiasan. Karena ajaran ini tidak banyak  yang dibukukan dan hanya diajarkan dalam bentuk petuah, nasehat, wejangan, peraturan, perintah dan semacamnya yang diwariskan secara turun temurun melalui  kebiasaan ataupun adat istiadat, maka ajaran ini menjadi tidak begitu populer.

 

Setelah dicoba dengan mengadakan pendekatan manajemen, ternyata ditemui adanya banyak kesamaan dan bahkan ditemui adanya beberapa keunggulan jika dibanding dengan ilmu manajemen yang ada pada saat sekarang, yaitu:

 

1.       Konsep adanya campur tangan Tuhan atau Tuhan sebagai penentu segala-galanya,   tidak ditemui pada ilmu manajemen dimanapun. Maka  “eling lan waspada” yang senantiasa menyelimuti seluruh gerak manajemen diberbagai fungsi, tentunya mampu menciptakan keunggulan bersaing perusahaan, daya saing strategis, dan kemampuannya untuk mendapat laba diatas rata-rata  (Gambar-9).

 

 

 

Gambar-9

Eling Lan Waspada Dalam Berbagai Fungsi Manajemen

 

 

2.       Konsep Ha-Na-Ca-Ra-Ka dan seterusnya, yang ternyata bisa menimbulkan kecerdasan intelektual, emosi dan spiritual, tentunya sangat bermanfaat dalam mengembangkan sumber daya manusia seutuhnya. Manajer biasanya hanya terlatih dengan konsep kecerdasan intelektual dan emosi, tapi kali ini ditambah dengan kecerdasan spiritual, dan ini tentunya mampu menghasilkan manajer  yang memiliki nilai keunggulan bersaing yang  berkesinambungan, yaitu  langka dan mahal (Gambar-10)

 

 

Gambar-10

Kecerdasan Otak, Emosi dan Spiritual

Menciptakan Manajer Handal

 

1.       Konsep “guru muride dewe, murid guruning pribadi, pamulange sangsaraning sesami” bila dikaitkan dengan konsep manajemen strategis justru sangat  bermanfaat dalam mengembangkan sumber daya yang dimiliki perusahaan. Sebab dengan konsep ini memaksa manajemen untuk melihat sumber daya yang dimiliki secara teliti, sambil tak henti-hentinya mohon pertolongan kepada Tuhan YME. Secara budaya telah ditunjukkan, walaupun tubuh manusia ini sedemikian lemah dan tak berdaya, ternyata masih mampu mencari nafkah untuk keluarga, menjadi manajer dan lainnya. Semua ini karena Tuhan semata (Gambar-11).

 

 

Gambar-11

Meng-evaluasi Sumberdaya Berdasar Konsep Ke Tuhanan

 

 

2.       Konsep pengendalian diri dan melakukan kontrol terhadap nafsu yang   merugikan, merupaka sifat utama yang sangat diperlukan bagi seorang manajer. Hanya orang yang terlatih menjalankan konsep “sugih tanpa bandha, nglurug tanpa bala, digdaya tanpa aji, menang tanpo ngasorake”   dengan baik yang dapat menjadi  manajer yang handal, langka dan mahal (Gambar-12)

 

 

 

Gambar-12

Manajer Dengan Konsep Pengendalian Diri

 

 

3.       Konsep mencari rejeki dalam budaya Jawa, yaitu agar “ojo sare sore-sore lan yen wungu ojo nganti kedisikan srengenge utowo manuk, tumindako sing jujur”  juga memiliki kelebihan utama jika dibanding dengan  dengan tugas ahli strategi, karena selain kerja keras hingga larut malam, konsep ini juga menyarankan untuk selalu mengingat keberadaan Tuhan .YME

 

4.       Adanya contoh kehidupan  yang digambarkan dalam budaya wayang, bahwa siapa saja yang tidak eling lan waspada, bakal menerima kehancuran. Dalam konsep kepemimpinan di-Indonesia juga tergambar, bahwa para Presiden di-Indonesia mungkin juga banyak yang tidak eling lan waspada sehingga harus mengalami nasib yang tidak enak, yaitu diturunkan sebelum habis masa jabatannya.

 

Dengan adanya hal-hal tersebut diatas, maka  konsep penggabungan antara manajemen dengan nilai-nilai luhur dari bangsa Indonesia  dapat digambarkan dengan bagan yang terdapat pada gambar-13 berikut:

 

 

Gambar-13

Konsep Manajemen Eling Lan Wasopdo

 

Karena mampu menciptakan manajer yang handal, langka dan mahal, maka konsep manajemen eling lan waspada ini, mampu digunakan untuk mengatasi berbagai permasalahan yang tengah dihadapi bangsa Indonesia, khususnya dalam menghadapi adanya perubahan jaman dan ancaman globalisasi.