Bab 1

Tantangan Manajemen Indonesia

 

1. Adanya Perubahan Jaman

Melihat fakta-fakta yang ada, dapat dipastikan bahwa kita sedang berada dipersimpangan perubahan jaman. Dinegara negara Barat yang sudah maju, jelas terlihat struktur peralihan masyarakat industri menjadi masyarakat informasi. Didaerah terpencil di-Indonesia misalnya dipedalaman Irian Jaya, juga sedang berlangsung proses peralihan, yaitu dari kehidupan jaman batu menjadi masyarakat pertanian yang masih sangat primitip. Sedang didaerah-daerah yang sudah agak terbuka, berlangsung pula perubahan dari era pertanian yang bertujuan sekedar memenuhi kebutuhan sendiri menjadi era pertanian komersial, jadi hasil pertanian mulai menjadi suatu komoditi. Di-Pulau Jawa kita mengalami peralihan dari jaman industri kejaman post industri, dan bagi masyarakat ibu kota, tengah memasuki era masyarakat informasi.

 

Alfin Toffler dalam bukunya “The Third Wave” menggunakan istilah “wave” untuk melukiskan perubahan jaman. John Naisbit memakai kata “trend” dalam buku “Megatrend”, sedang Peter F. Dfrucker menyebutnya sebagai “change” dalam “The Changed World Economy” dan Karl Alburch dalam bukunya “At America’s Services” menggunakan istilah “age” untuk menyatakan pergantian struktural masyarakat dewasa ini. Masing masing pakar menggunakan istilah berbeda, tetapi jelas semuanya membenarkan bahwa setiap penemuan energi baru atau suatu teknologi baru yang mendasar selalu diikuti oleh perubahan cara kehidupan manusia dan pada hakekatnya juga akan mengubah kebudayaan, struktural eknomi dan politik

 

Alfin Toffler secara baik telah menguraikan sejarah kehidupan umat manusia dalam kurun waktu 10.000 tahun yang lalu serta menggolongkannya dalam 3 “waves”. Dewasa ini kita sedang berada dipersimpangan perubahan menuju ke jaman “the third wave” yang lebih condong kearah demassifikasi dan keaneka ragaman, cenderung meninggalkan standartisasi, mengurangi birokrasi dan menuju kebijaksanaan pemerintah yang demokrasi.

 

 

1.1 The First Wave, Terbentuknya Masyarakat Pertanian

Ditemukannya api mulai mengubah menu makanan nenek moyang kita, dari makanan yang berupa daging mentah menjadi matang, sekaligus mereka mulai mengenal tumbuh-tumbuhan sebagai makanan. Cara hidup yang berpindah-pindah juga berubah, mereka mulai menetap dan terbentuklah daerah-daerah pemukiman. Didaerah pemukiman tersebut, mereka mulai bercocok tanam dan sedikit demi sedikit masyarakat pertanian mulai terbentuk. Pertanian selalu melibatkan dua unsure utama, yaitu tanah dan tenaga kerja manusia. Makin lama peran kedua unsure tersebut makin besar, sehingga penguasaaan tanah dan perbudakan manusia menjadi inti kekuasaan feodalisme yang mencengkeram kebebasan manusia.

 

 

1.2 The Second Wave, Terbentuknya Masyarakat Industri

Dengan diketemukannya mesin uap oleh James Watt pada sekitar 350 tahun yang lalu,  manusia mulai memasuki jaman industri. Adanya pelbagai macam mesin ini ternyata bisa memberikan alternatif baru bagi petani dalam mencari nafkah. Disamping itu, mesin-mesin juga menciptakan lapangan kerja baru yang mana juga bisa diartikan, bahwa pemanfaatan tenaga kerja manusia makin banyak ragamnya.

 

Pada masyarakat pertanian, energi yang ada hanya bersumber dari alam. Mereka banyak memanfaatkan otot dan hewan, ataupun matahari, angin dan air. Alam akhirnya mengisi lagi hutam yang mereka tebangi, angin meniup layar yang mereka kembangkan dan sungai memutar kincir-kincir dipelbagai tempat. Binatang dan manusia juga dimanfaatkan sebagai budak-budak energi. Pada masyarakat industri, energi yang  ada bersumber pada batu bara, minyak, gas, dan bahan bahan fosil. Penyerapan kedalam cadangan energi bumi ini memberikan bantuan tersembunyi bagi peradaban industri dan mempercepat perkembangan ekonomi.

 

Industrialisasi menimbulkan mesin-mesin elektronik yang hebat. Pada teknologi ini serombongan industri muncul memberikan peradaban industri yang memadai. Kota kota dengan pabrik pabrik yang besar bermunculan. Dari pusat-pusat industri mengalirkan  berjuta-juta produk seperti halnya kemeja, sepatu, arloji, mainan, sabun, shampoo, kamera, senjata dan motor-motor elektronik.

 

Dengan demikian, tidaklah heran kalau saat ini kita bisa melihat, bahwa di-Amerika Utara 250 juta masyarakatnya hidup di industri. Di Eropa Barat, dari Skandinavia Selatan membentang sampai Italia, 250 juta masyarakat juga hidup dari paham industri. Di Eropa Timur  dan bekas Uni Sovyet bagian barat, 250 juta rakyat hidup dalam masyarakat industri. Akhirnya kita juga sampai didaerah industri Asia yang terdiri atas Jepang, Hongkong, Singapura, Taiwan, Australia, New Zaeland dan Korea Selatan serta sebagian daratan Cina, juga terdapat sekitar 250 juta masyarakat industri. Secara keseluruhan peradaban industri telah mencakup  1 milyard manusia atau sekitar ¼ penduduk dunia.

 

 

1.3 The Third Wave, Terbentuknya Masyarakat Informasi

Dalam kasus yang lain, membumbung tingginya biaya produksi dan faktor keterbatsan sumber daya, telah memaksa masyarakat industri untuk terus melakukan pelbagai penelitian dan penemuan dengan menggunakan pelbagai teknologi tinggi. Batu bara, rel kereta api, tekstile, baja, mobil, karet, alat-alat dan mesin pabrik pada akhirnya bisa digolongkan sebagai industri klasik dalam era industri.

 

Teknologi yang tinggi telah meyakinkan manusia untuk bisa memenuhi kebutuhan utamanya, ataupun menyelesaikan pekerjaan utamanya dalam waktu yang lebih singkat, sehingga mempunyai sisa waktu yang lebih banyak untuk digunakan dalam berbagai kebutuhan lainnya, seperti misalnya: rekreasi, seni dan budaya, pendidikan, pengobatan, R & D, dalam bidang biotech-enginerring. Yang terakhir ini disebut sebgai third manufacturing yang bertitik berat pada bidang pelayanan. Hal ini tercermin dalam struktur kependudukan dinegara maju, antara lain Amerika, dimana kaum petani hanya meliputi 2½ persen dari seluruh penduduk, tetapi hasilnya dapat memenuhi kebutuhan pangan di berbagai penduduk negara lain didunia. Kaum buruh ataupun kaum pekerja pabrik hanya merupakan 17% dari jumlah penduduk, sedang sisanya adalah pekerja “white collar” dibidang pelayanan

 

 

Gambar-1

Transformation of Industrial Economies

 

 

Perkembangan tersebut membawa masyarakat ketaraf hidup yang sangat tinggi  dengan penghasilan yang jauh berbeda dengan penghasilan masyarakat dinegara negara berkembang. Dari sinilah timbul perbedaan yang sangat  mencolok antara nilai tenaga kerja dari negara maju dibanding dengan negara berkembang. Refleksinya terl;ihat benturan harga harga barang barang industri yang dihasilkannya, dan inilah yang menimbulkan proteksionisme. Sebenarnya benturan ini merupakan  suatu proses  alamiah pada perubahan alam, yaitu dari jaman  industri menuju masyarakat informasi.

 

 

2. Era Globalisasi 

Michael A. Hitt &  R. Duane Ireland & Robert E. Hoslisson (1997,13)  mengatakan, globalisasi adalah penyebaran inovasi ekonomi keseluruh dunia serta penyelesaian penyelesaian politis dan budaya yang menyertainya. Globalisasi mendorong intregasi international. Misalnya modal finansial dapat diperoleh dalam satu pasar nasional dan digunakan untuk membeli bahan baku ditempat lainnya. Peralatan produksi yang dibeli dari suatu negara yang kurang maju dapat digunakan untuk menghasilkan barang yang kemudian dijual dipasar dimana saja. Jadi globalisasi meningkatkan peluang yang tersedia bagi suatu perusahaan.

 

 

 

Meningkatnya saling ketergantungan antar negara industri, kebutuhan dari negara negara berkembang, disintegrasi pembatas aliran uang, informasi dan teknologi antarbatas negara memungkinkan globalisasi dan integrasi pasar internasional. Kondisi-kondisi ini mendorong  perusahan-perusahan global untuk memikirkan secara serius mengenai strategi yang harus diterapkan untuk mengembangkan keunggulan bersaing yang berkesinambungan. Seringkali strategi tersebut memungkinkan perusahaan untuk lebih hemat, lebih fleksibel, dan lebih terfokus dalam menyediakan barang dan jasa yang efektif kepada bermacam macam konsumen di dunia.

 

Disamping itu, dengan hadirnya teknologi informasi pada era globalisasi ini, maka  penyebaran informasi seakan tidak lagi terbendung oleh batasan waktu dan ruang bahkan teritorial negara. Dengan demikian menyebabkan wajah dunia tampak semakin sempit, karena berbagai suku, ras dan bangsa yang ada di dunia sudah menjadi  sebuah komunitas tunggal didalam Cyberspace.

Cyberspace bisa jadi identik dengan dunia nyata, Bangunan Cyberspace ini telah dirancang dengan pondasi Jaringan komputer  yang ber-topologi-kan sarang laba-laba dan dengan menggunakan kerangka sistem operasi terdistribusi serta struktur pengolahan data terdistribusi.

 

Dengan demikian, persoalan ataupun tantangan yang dihadapi oleh manajer ataupun manajemen di Indonesia semakin kompleks dan meningkat. Selain menghadapi masalah  kebinikaan yang tidak mudah untuk diselesaikan, seperti halnya keragaman suku, agama, ras, adat istiadat, pengetahuan dan sebagainya,  manajer ataupun manajemen Indonesia juga menghadapi masalah globalisasi. Menghadapi persaingan dengan perusahaan-perusahaan lokal yang semakin kompetitif, manajemen ataupun para manajer Indonesia juga dituntut untuk secara langsung berhadapan   dengan perusahaan global yang beroperasi di-Indonesia. Para produsen  baru yang seringkali  memiliki sumber daya yang jauh lebih besar dan kemauan yang kuat untuk memperoleh pangsa pasar, kini tidak hanya berasal dari lokal yang tentunya  bisa  mengancam penjualan dan laba yang dimiliki oleh perusahaan Indonesia. Disamping itu, fakor kekuatan tawar menawar dari para pembeli dan pemasok lokal ataupun global, juga merupakan salah satu ancaman yang tidak bisa diabaikan. Demikian pula halnya dengan munculnya produk-produk pengganti yang bisa datang dari mana saja. Kemudian dengan munculnya teknologi informasi yang menyebabkan lahirnya perusahaan-perusahaan digital, maka tingkat persaingan antar sesama perusahaan  menjadi semakin berat dan ketat .  Sementara itu, manajer ataupun manajemen  Indonesia juga dituntut untuk tetap mempertahankan ataupun bahkan meningkatkan pendapatan riil penduduknya. (Gambar-2)

 

 

Gambar-2

Tantangan Manajemen Indonesia Dalam Era Globalisasi

 

2.1 Intensitas Persaingan Antar Perusahaan

Dalam  kebanyakan industri, perusahaan bersaing secara aktif satu dengan lainnya untuk mencapai daya saing strategis dan laba yang tinggi. Pencapaian hal-hal tersebut  menuntut keberhasilan yang relatif terhadap para pesaing. Dengan demikian, persaingan yang terjadi antar perusahaan-perusahaan tersebut distimulasi pada saat satu atau lebih perusahaan merasakan tekanan persaingan atau apabila mereka mengidentifikasi peluang untuk meningkatkan  posisi pasar mereka. Persaingan ini seringkali terjadi atas dasar harga, inovasi produk, dan tindakan lain untuk mencapai pembedaan  produk (seperti pelayanan, kampanye iklan yang unik, dan jaminan produk)

 

Karena perusahaan-perusahaan dalam suatu industri bergantung satu sama lain, tindakan suatu perusahaan seringkali mengundang reaksi dari pesaingnya. Suatu industri dimana pola aksi dan reaksi (aksi dan tanggapan persaingan) sering terjadi adalah industri penerbangan. Reaksi cepat terhadap penurunan harga oleh suatu perusahaan adalah biasa dalam industri ini. Demikian juga reaksi terhadap pengenalan produk inovatif, seperti frequent flyer program sering kali terjadi dengan cepat.

 

2.2 Kekuatan Posisi Pembeli dan Pemasok

  1. Perusahaan akan berusaha secara maksimal untuk mengembalikan modal mereka. Pembeli lebih suka untuk membeli produk dengan harga serendah mungkin- dimana industri dapat memperoleh pengembalian serendah mungkin yang diterima. Untu mengurangi biaya, pembeli akan menuntut kualitas yang lebih tinggi, pelayanan yang lebih baik, serta harga yang lebih murah. Hasil ini dapat dicapai dengan mendorong  persaingan antar perusahaan dalam suatu industri. Kelompok pembeli dikatakan berkuasa saat:

·         Membeli sejumlah besar hasil suatu industri

·         Produk yang dibeli dari suatu hasil industri merupakan porsi yang signifikan dari biaya pembeli

·         Dapat berpindah kepemasok lainnya dengan biaya yang rendah

·         Produk pemasok tidak ekslusif atau sandar, dan memiliki ancaman yang kuat untuk berintegrasi kebelakang kedalam industri pemasok. Rangkaian besar pengecer bersifat membahayakan bila mereka menjual produk dengan label mereka sendiri, yang merupakan ancaman untuk integritas kebelakang.

 

  1. Meningkatkan harga dan mengurangi mutu produk yang dijual  adalah cara potensial yang dapat digunakan pemasok untuk mendapatkan kekuatan terhadap perusahaan-perusahaan yang bersaing dalam industri. Apabila perusahaan tidak dapat menutup peningkatan biaya yang terjadi melalui struktur harganya, profitabilitasnya akan berkurang akibat tindakan pemasok . Kelompok-kelompok pemasok dikatakan berkuasa bila:

·                     Didominasi oleh sejumlah kecil perusahaan besar dan lebih terkonsentrasi dari pada industri yang menjadi pembeli mereka

·                     Produk pengganti yang baik tidak tersedia bagi pembeli

·                     Pembeli bukan merupakan konsumen pening bagi pemasok

·                     Produk pemasok penting bagi pembeli

·                     Efektifitas produk pemasok menciptakan biaya peralihan yang tinggi bagi pembeli

·                     Pemasok merupakan ancaman serius bila berintegrasi kedepan kearah industri pembeli (misalnya produsen pakaian yang memilih membuka toko pakaian sendiri). Kredibiitas meningkat apabila pemasok memiliki sumber daya yang besar dan menyediakan  produk yang amat bermutu

 

2.3 Ancaman Pelaku Baru

Produsen baru  dapat membahayakan perusahaan-perusahaan yang telah ada. Produsen baru menghasilkan kapasitas produksi tambahan. Kecuali  permintaan terhadap barang meningkat, tambahan kapasitas akan menekan agar biaya bagi pembeli menjadi rendah, yang mengakibatkan turunnya penjualan dan laba bagi seluruh perusahaan pada industri tersebut. Seringkai produsen baru memiliki sumber daya yang jauh lebih besar dan kemauan yang kuat untuk memperoleh pangsa pasar. Tetapi hadirnya pesaing baru dapat mendorong perusahaan-perusahaan yang ada menjadi lebih efektif dan efisien serta belajar bagaimana bersaing dalam dimensi baru (misalnya saluran distribusi dengan menggunakan komputer). Seberapa besar  kecenderungan perusahaan akan memasuki suatu industri tergantung fungsi dari dua faktor – rintangan untuk masuk dan reaksi yang diharapkan dari pelaku industri yang ada. Apabila perusahaan  menganggap untuk masuk kesuatu lingkungan industri adalah sulit, atau apabila perusahaan mengalami kerugian dalam bersaing dalam memasuki suatu industri, maka saat itulah rintangan untuk masuk timbul.

 

2.4 Ancaman Produk Pengganti

Setiap perusahaan akan berusaha menyaingi perusahaan lain  yang menghasilkan produk pengganti. Dengan kemampuannya memuaskan kebutuhan yang tidak jauh berbeda dari konsumen, tetapi dengan karakteristik berbeda, harga produk pengganti dapat menjadi batas tertinggi dari harga yang akan ditetapkan suatu perusahaan. Dengan demikian, produk pengganti melakukan suatu fungsi atau layanan yang sama atau mirip. Secara umum ancaman produk pengganti adalah besar apabila sejumlah pelanggan menghadapi sedikit, bila ada, biaya peralihan dan apabila harga produk pengganti lebih rendah dan/atau mutu dan  kemampuan kinerjanya sama atau lebih besar dari produk yang ada. Untuk mengurangi daya tarik produk pengganti, perusahaan ditantang untuk membedakan penawaran mereka melalui dimensi-dimensi yang amat relevan bagi pelanggan (misalnya harga, mutu produk, pelayanan purna jual dan lokasi)

 

2.5 Perusahaan Digital

Penggunaan teknologi informasi yang intensive didalam perusahaan bisnis sejak pertengahan 1990-an, telah mendesain ulang  organisatoris dengan sama penting, telah menciptakan kondisi-kondisi  untuk suatu peristiwa yang baru di dalam societythe industri  yang secara penuh merupakan perusahaan digital. Perusahaan yang digital dapat digambarkan sepanjang beberapa dimensi. Suatu perusahaan digital adalah di mana hampir semua hubungan bisnis organisasi penting dengan pelanggan, para penyalur, dan karyawan dimungkinkan dan ditengahi secara digital. Proses bisnis Inti terpenuhi melalui jaringan digital yang memutar  keseluruhan organisasi atau penghubung berbagai organisasi. Proses bisnis mengacu pada cara yang unik di mana pekerjaan diorganisir, dikoordinir, dan dipusatkan untuk menghasilkan suatu produk berharga atau jasa pelayanan. Mengembangkan suatu produksi baru, membangkitkan dan melaksanaan suatu order/ pesanan, atau menggunakan atau merekrut suatu karyawan adalah contoh proses bisnis, dan organisasi memenuhi proses bisnis mereka bisa merupakan suatu sumber kekuatan kompetitif. Key corporate assets,-  kemampuan intellektual, kemampuan inti, keuangan, dan sumber daya manusia yang  mengatur secara  digital. Didalam suatu perusahaan digital, setiap potongan informasi diperlukan  untuk mendukung kunci keputusan bisnis yang tersedia pada setiap waktu dan di manapun didalam perusahaan itu. Perusahaan digital merasakan dan bereaksi terhadap lingkungan mereka yang jauh dengan cepat dibanding perusahaan tradisional, memberi mereka lebih  fleksibilitas untuk survive dalam pergolakan waktu. Perusahaan digital menawarkan peluang luar biasa untuk manajemen dan organisasi secara  lebih global. Yang kedua dengan secara digital memungkinkan dan pelurusan pekerjaan mereka, perusahaan digital mempunyai potensi untuk mencapai tingkatan daya saing dan profitabilitas belum pernah terjadi.

 

Perusahaan digital dibedakan dari perusahaan tradisional dengan  total kedekatan mereka pada  satu set teknologi informasi untuk mengorganisir dan mengatur. Karena  para manajer  perusahaan digital, teknologi informasi bukan sekedar suatu alat yang  bermanfaat, tetapi lebih dari itu adalah inti  bisnis dan alat manajemen yang utama (Kenneth C. Laudon & Jane P. Laudon, 2003: 6)